Custom Search

Sabtu, 12 April 2008

Misteri Napoleon

5 Mei, 184 tahun yang lalu, seorang mantan Kaisar Perancis meninggal dunia di tempat pengasingannya, Santa Helena. Dia adalah Napoleon Bonaparte, nama yang begitu populer di seantero daratan Eropa pada awal abad ke-18. Sepak terjang Napoleon saat itu berhasil mengubah peta dan tatanan politik di negara-negara Eropa.
Riwayat Hidup Napoleon


Pada mulanya, Napoleon yang dilahirkan pada 15 Agustus 1769 hanyalah seorang perwira biasa. Pada usia muda, ia masuk Akademi Militer Perancis. Karir militer Napoleon semakin meningkat pasca Revolusi Perancis tahun 1789. Pada usia 25 tahun, keberuntungan mulai menghinggapinya. Pada usia tersebut, Napoleon diangkat menjadi panglima perang kerajaan Perancis. Ia berhasil memimpin tentaranya memenangkan beberapa peperangan. Pada tahun 1802, rakyat Perancis memilihnya sebagai Konsul. Dua tahun kemudian, rakyat Perancis menobatkan Napoleon sebagai Kaisar Perancis. Napoleon sangat berambisi untuk memperluas wilayah kekuasaannya sehingga selama 11 tahun bertahta, nyaris tiada bulan tanpa perang. Ketika itu, hampir semua negara di Eropa menjadi jajahan ataupun sekutu Perancis. Pada tahun 1812, pasukan Perancis mengalami kekalahan besar dari Rusia. Semenjak itu kekuatan Perancis semakin melemah. Tidaklah mengherankan jika Perancis kembali kalah melawan pasukan gabungan Rusia, Inggris, dan Austria pada tahun 1814. Selepas kekalahan yang menyakitkan itu, Napoleon digulingkan dari kekuasaannya dan dibuang ke pulau Elba. Namun Napoleon berhasil melarikan diri dari Pulau Elba dan kembali ke Perancis untuk merebut kekuasaan. Setelah 100 hari berkuasa, Napoleon kembali digulingkan setelah dikalahkan Inggris dalam perang di Waterloo. Ia pun ditawan Inggris dan dibuang ke pulau Santa. Helena.
Napoleon meninggal karena kanker lambung?
Setelah selama enam tahun menjalani hidup di tempat pengasingan, Napoleon akhirnya meninggal dunia. Awalnya, kematian Napoleon dianggap kematian yang wajar. Menurut hasil otopsi yang dipimpin oleh dokter Francesco Antommarchi, Napoleon meninggal karena penyakit gangguan sistem pencernaan yang dideritanya. Lambungnya mengalami kerusakan yang luar biasa. Penyakit penyebab kematiannya sama dengan penyakit yang diderita ayah Napoleon.
Racun arsenik penyebab kematian Napoleon
Namun, anggapan itu kemudian berubah ketika pada sekitar tahun 1960 sampel rambut Napoleon diketahui mengandung arsenik, suatu bahan kimia beracun. Semua itu berkat kerja keras Sten Forshufvud sejak tahun 1952. Sten Forshufvud adalah seorang dokter gigi yang menggagumi Napoleon. Ia tidak rela Napoleon meninggal dalam usia muda dan dalam keadaan yang menyedihkan. Menurut catatan Louis Marchand, pelayan Napoleon yang mencatat kondisi Napoleon selama di pengasingan, saat meninggal keadaan fisik Napoleon cukup menyedihkan, kakinya bengkak sehingga sukar berjalan. Tak hanya itu, Napoleon juga sering mengeluhkan sulit tidur, pusing-pusing, hilang nafsu makan, muntah-muntah, gatal-gatal, dan sakit dada. Keterangan Marchand diperkuat oleh keterangan orang-orang di sekeliling Napoleon saat di pengasingan, seperti Marquis Las Cases, Baron Gourgaud, dr. Barry O’Meara, dr. Francesco Antommarchi, Grand Marshall Bertrand, dr. John Stokoe dan dr. Henry Stkoe. Forshufvud menduga bahwa Napoleon meninggal akibat racun arsenik setelah ia mencocokkan kondisi Napoleon menjelang kematiannya dengan gejala keracunan arsenik. Gejala yang dialami Napoleon sama dengan gejala keracunan arsenik.
Forshufvud juga semakin yakin ketika mengetahui kondisi tubuh mayat Napoleon yang masih utuh ketika kuburannya dipindahkan dari Santa Helena ke Perancis. Tubuh Napoleon tidak rusak walaupun tidak menggunakan pengawet karena kandungan arsenik di dalam tubuh membuat tubuhnya awet. Memang, salah satu kegunaan arsenik adalah dapat mengawetkan mayat.

Suasana ketika peti mati Napoleon dibuka. Sungguh menakjubkan! Tubuh Napoleon tetap utuh walaupun telah terkubur lebih dari 10 tahun.
Menurut ilmu toksilogi yang pernah dipelajarinya, arsenik yang masuk ke dalam tubuh akan terakumulasi di rambut. Forshufvud kesulitan untuk membuktikan dugaannya. Ia tidak mengetahui cara mendeteksi adanya arsenik dalam rambut. Lagi pula ia tidak tahu bagaimana cara mendapatkan sampel rambut Napoleon karena Napoleon telah meninggal lebih dari 100 tahun.
Untunglah Forshufvud mendapat informasi mengenai adanya potongan rambut Napoleon dan cara membuktikan adanya arsenik di dalam rambut. Potongan rambut Napoleon disimpan oleh Louis Marchand di Museum Pribadi Marchand. Adapun informasi mengenai cara mendeteksi arsenik dalam rambut diperolehnya dari Dr. Hamilton Smith yang dipublikasikan dalam Journal Analytical Chemistry.
Smith menggunakan metode Analisis Aktivasi Neutron (Neutron Activation Analysis) untuk menganalisis arsenik dalam rambut. Kemudian, Forshufvud bekerja sama dengan Smith menganalisis kandungan arsenik dalam rambut Napoleon. Analisis tersebut dilakukan di Harwell Nuclear Research Laboratory of London. Rambut Napoleon sepanjang 13 cm dipotong-potong menjadi 5 mm. Kemudian, hasil analisisnya dibuat grafik.
Grafik tersebut menunjukkan kadar arsenik tertinggi dalam rambut Napoleon adalah 51.2 ppm. Adapun kadar paling rendah adalah 2.8 ppm. Jika dirata-ratakan, kadarnya sekitar 24.26 ppm. Pada saat itu, kadar normal arsenik dalam tubuh adalah 0.8 ppm. Jadi, jumlah arsenik dalam sampel rambut Napoleon sekitar 30 kali lipat kadar normal.

Kematiannya itu akhirnya menjadi sebuah misteri. Timbullah dugaan bahwa Napoleon meninggal akibat keracunan arsenik. Jika memang Napoleon meninggal karena keracunan, apakah keracunannya disengaja? Jika disengaja, siapakah yang melakukannya? Jika Napoleon tidak dibunuh, dari manakah sumber arsenik di dalam tubuhnya?

Teori Konspirasi Sir Hudson Lowe dan Charles de Motholon

Tatkala diumumkan kandungan racun arsenik dalam sampel rambut Napoleon, berbagai pihak mulai menduga-duga pembunuh Napoleon. Gubernur Santa Helena, Sir Hudson Lowe dan Charles de Montholon, anggota kerajaan Perancis diduga sebagai tersangka utama pembunuh Napoleon. Mereka dituduh berkonspirasi meracuni Napoleon. Mereka sengaja meracuni Napoleon karena tidak menginginkan Napoleon kembali ke Perancis. Selama 30 tahun masyarakat mempercayai teori ini. Namun, teori konspirasi ini mulai diragukan kebenarannya sejak awal tahun 1990-an.

Napoleon meninggal karena keracunan arsenik, bukan diracun

Dr. David Jones, ahli kimia dari University of Newcastle, adalah orang yang pertama kali meragukan kematian Napoleon akibat diracun. Selain ahli kimia, David Jones juga membuat program acara di radio BBC. David Jones menduga ada hubungan antara warna kertas dinding (wallpaper) di tembok kamar Napoleon dengan penyebab kematian Napoleon. Namun, ia tidak mengetahui secara pasti warna kertas dinding kamar Napoleon di Santa Helena. Jika kertas dinding mengandung arsenik, pasti kertas dinding itu berwarna hijau. Saat itu telah diketahui bahwa zat warna hijau merupakan campuran antara tembaga sulfat dengan natrium arsenat yang menghasilkan senyawa tembaga arsenat.

Akhirnya David Jones menanyakan hal tersebut kepada para pendengarnya saat siaran radio BBC. Beberapa hari setelah pertanyaannya diumumkan, David Jones menerima surat dari Shirley Bradley, salah seorang pendengar siaran radionya. Dalam suratnya, Shirley Bradley tidak secara langsung menginformasikan warna kertas dinding kamar Napoleon. Shirley Bradley menceritakan bahwa ia memiliki buku kliping hadiah dari seseorang. Buku kliping tersebut berisi beberapa catatan dan puisi lengkap dengan data hari dan tanggalnya. Salah satu halamannya berisi catatan mengenai St Helena. Pemilik buku tersebut ternyata pernah mengunjungi St Helena pada tahun 1823. Di buku tersebut ditempelkan guntingan kertas dinding di tembok kamar Napoleon di Santa Helena.



Sebagian dari guntingan kertas dinding tersebut diuji David Jones di laboratorium kimia. Hasilnya menunjukkan bahwa zat warna hijau dalam kertas dinding itu adalah senyawa tembaga arsenat. Napoleon menggunakan zat warna hijau untuk melukis. Iklim di Santa Helena yang lembap diyakini meningkatkan jumlah jamur di dinding. Jamur tersebut mengubah tembaga arsenat menjadi trimetil arsin, suatu senyawa yang mudah menguap dan beracun, sehingga Napoleon diperkirakan sedikit demi sedikit teracuni zat ini . David Jones sangat terkesan dengan hasil pengujiannya, "It was a crazy, wonderful moment". Kandungan arsenik dalam kertas dinding cukup untuk meracuni Napoleon hingga akhirnya meninggal. Jadi, menurut David Jones, Napoleon memang meninggal karena racun arsenik. Akan tetapi, kematiannya bukan karena diracun oleh persekongkolan antara Sir Hudson Lowe dan de Motholon. Napoleon meninggal karena racun arsenik yang berasal dari kertas dinding di tembok kamarnya.

Dokternya tidak sengaja membunuh Napoleon

Steven Karch, dari San Francisco Medical Examiner's Department menduga bahwa Napoleon dibunuh oleh dokternya secara tidak sengaja. Merujuk pada catatan harian dokter Antommarchi, dokter yang merawat Napoleon, pada tanggal 22 Maret 1821, ia memberikan Napoleon minuman lemon yang mengandung antimon kalium tartarat. Senyawa yang beracun ini diberikan sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit yang diderita Napoleon. Saat itu senyawa antimon kalium tartarat belum diketahui bersifat racun. Hampir setiap hari Napoleon "diobati" oleh antimon kalium tartarat. Akibatnya sungguh fatal, Napoleon mengalami over dosis. Denyut jantung Napoleon meningkat drastis sehingga mengganggu aliran darah ke otak. Antimon kalium tartarat juga yang mengakibatkan kanker lambung. Itulah yang mengakibatkan Napoleon meninggal dunia.

Sejak tahun 1960 hingga sekarang, penyebab kematian terus diperdebatkan dan menjadi kontroversi. Kita mungkin tidak pernah tahu penyebab kematian Napoleon. Baik diracun ataupun tidak, Napoleon tetaplah orang besar. Buku-buku yang menceritakan Napoleon telah banyak diterbitkan. Menurut catatan The Encyclopedia Britannica, ada sekitar dua ratus ribu judul buku yang menuliskan hal tersebut. Lain lagi dengan versi Lembaga Sejarah Perancis, buku yang menulis tentang Napoleon lebih dari empat ratus ribu. Wow, suatu angka yang menakjubkan, bukan?

Tidak ada komentar: